Kamis, 24 September 2020

MATPEL DPTM KELAS X KD 3 5 DAN 4 5 (BAGIAN 2)

 PERLAKUAN PANAS DAN TEKNIK PENGUJIAN PADA LOGAM


c. Uji Impact

     Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji impak digunakan dalam dunia industri, khususnya uji impact charpy dan uji impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.

Gambar 1.1 Uji impact



d. Pengujian Lengkung (Bendung Test)

    Uji lengkung bending test merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Selain itu, uji bending digunakan untuk mengukur kekuatan material akibat pembebanan dan kekenyalan hasil sambungan las yang baik. Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu:

1) Kekuatan tarik ( tensile strength).

2) Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C.

3) Tegangan luluh (yield).


       Berdasarkan posisi pengambilan spesimen uji bending dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Transversal Bending

      Pada transversal bending ini pengambilan spesimen tegak lurus dengan arah pengelasan.

2) Longitudinal Bending

     Pada longitudinal bending ini, pengambilan spesimen searah dengan arah pengelasan

      Untuk dapat lulus dari uji bending, maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

1) Keretakan maksimal 3 mm diukur dari segala arah pada permukaan.

2) Keretakan maksimal 10 mm dari jumlah semua keretakan terbesar antara 1 mm - 3 mm.

3) Keretakan sudut maksimal 6 mm kecuali keretakan berasal dari beberapa jenis retak, maka keretakan maksimal 3 mm.

Gambar 1.2 Pengujian Lengkung


       Sedangkan untuk pengujian yang tidak merusak logam sebagai berikut:

a. Metode Liquid Penetrant

       Metode liquid penetrant test merupakan metode yang digunakan untuk menemukan cacat di permukaan terbuka dari komponen solid, baik logam maupun non logam, seperti keramik dan plastik fiber. Melalui metode ini cacat pada material akan terlihat lebih jelas. Caranya dengan memberikan cairan berwarna terang pada permukaan yang diinfeksi. Cairan ini harus memiliki daya penetrasi yang baik dan viskositas yang rendah supaya dapat masuk pada cacat di permukaan material. Selanjutnya, penetrant yang tersisa di permukaan material disingkirkan. Cacat akan tampak jelas jika perbedaan warna penetrant dengan latar belakang cukup kontras. Seusai inspeksi, penetrant yang tertinggal dibersihkan dengan penerapan developer.

Gambar 1.3 Metode Liquid penetrant



b. Metode dengan Particle Magnet

Gambar 1.4 Metode dengan Particle Magnet

      Dengan menggunakan metode ini, cacat permukaan (surface) dan bawah permukaan (subsurface) suatu komponen dari bahan feromagnetik dapat diketahui. Prinsipnya dengan memagnetisasi bahan yang akan diuji. Adanya cacat yang tegak lurus arah medan magnet akan menyebabkan kebocoran medan magnet. Kebocoran medan magnet ini mengindikasikan adanya cacat pada material. Carayang digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran medan magnet adalah dengan menaburkan partikel magnetik di permukaan. Partikel-partikel tersebut akan berkumpul pada daerah kebocoran medan magnet. kelemahannya, metode ini hanya bisa diterapkan untuk material feromagnetik. Selain itu, medan magnet yang dibangkitkan harus tegak lurus atau memotong daerah retak serta diperlukan demagnetisasi di akhir inspeksi.



c. Metode dengan Arus Eddy

       Inspeksi ini memanfaatkan prinsip elektromagnet. prinsipnya, arus listrik dialirkan pada kumparan untuk membangkitkan medan magnet di dalamnya. Jika medan magnet ini dikenakan pada benda logam yang akan diinfeksi, maka akan terbangkit arus Eddy. Arus Eddy kemudian menginduksi adanya medan magnet. Medan magnet pada benda akan berinteraksi dengan medan magnet pada kumparan dan mengubah impedansi bila ada cacat.


Gambar 1.5 Metode dengan Arus Eddy


      Keterbatasan dari metode ini, yaitu hanya dapat diterapkan pada permukaan yang dapat dijangkau. Selain itu, metode ini juga hanya diterapkan pada bahan logam saja.



d. Pengujian Penyinaran

       Dengan mempergunakan sinar-x, sinar gamma dan sinar netron yang memiliki daya tembus besar melalui benda memungkinkan untuk mengetahui adanya cacat dari bayangan pada film yang ditempatkan dibelakang benda. Hal tersebut menunjukkan variasi intensitas karena perbedaan absorpsi sinar oleh rongga dan kepadatan di dalam benda, kelemahannya mahal, dan membutuhkan seorang yang profesional untuk menciptakan alat tersebut.

Gambar 1.6 Pengujian Penyinaran



e. Pengujian Ultrasonic

       Prinsip yang digunakan adalah prinsip gelombang suara. Gelombang suara yang dirambatkan pada spesimen uji dan sinyal yang ditransmisikan atau dipantulkan diamati dan diinterpretasikan. Gelombang ultrasonik yang digunakan melalui frekuensi 0,5 kurang lebih 20 MHz. Gelombang suara akan terpengaruh jika ada void, retak, atau delaminasi pada material. Gelombang ultrasonic ini dibangkitkan oleh tranduser dari bahan piezoelektri yang dapat mengubah energi listrik menjadi energi getaran mekanik kemudian menjadi energi listrik lagi.

Gambar 1.7 Pengujian Ultrasonic



f. Pengujian Radiographic

       Metode NDT ini dapat menemukan cacat pada material dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar-x dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus objek sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang. Intensitas akhir kemudian direkam pada film yang sensitif. Jika ada cacat material, maka intensitas yang terekam pada film tentu akan bervariasi. Hasil rekaman pada film inilah yang akan memperlihatkan bagian material yang mengalami cacat.

Gambar 1.8 Pengujian Radiographic





       




1 komentar: