Kamis, 01 Oktober 2020

MATPEL DPTM KELAS X KD 3.6 DAN 4.6

 Kompetensi Dasar

3.6 Menerapkan Teknik Penanganan Material

4.6 Melakukan Penanganan Material


Materi :

TEKNIK PENANGANAN MATERIAL



A. RUANG LINGKUP PENANGANAN MATERIAL

     Penanganan material merupakan kegiatan mengangkat, mengangkut dan meletakkan bahan-bahan/ barang-barang dalam proses di dalam pabrik, kegiatan yang dimulai dari sejak bahan-bahan masuk atau diterima di pabrik sampai pada saat barang jadi/ produk akan dikeluarkan dari pabrik. Setiap kegiatan meliputi mengangkat, memindahkan atau mengangkut, dan meletakkan, serta meninggikan atau merendahkan barang-barang/ bahan-bahan di dalam suatu pabrik, dapat merupakan sumber yang memungkinkan adanya perbaikan dalam material handling.


1. Jenis-jenis Alat Angkat

       Berikut yang termasuk jenis-jenis alat angkat dalam penanganan material yaitu:

a. Material Handling dengan Tenaga Manusia ( Manual Material Handling)

       Aktivitas manual Material handling merupakan sebuah aktivitas memindahkan beban oleh tubuh secara manual dalam rentang waktu tertentu. Occupational Safety and Health Administration (OSHA) mengklasifikasikan kegiatan manual Material handling menjadi 5 yaitu:

1) Mengangkat/ Menurunkan (lifting/ lowering)

       Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi yang masih dapat di jangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.

Gambar 1.1 Panduan mengangkat


2) Mendorong/Menarik ( Push/ full)

       kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.

3) Memutar (Twisting)

       Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu atau dua sisi sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap. Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam.

4) Membawa (Carrying)

       Kegiatan Membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.

Gambar 1.2 Kegiatan membawa

5) Menahan (Holding)

       Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).


b. Material Handling dengan Peralatan/Mesin

       Tulang punggung sistem material handling adalah peralatan material handling. Sebagian besar peralatan yang ada mempunyai karakteristik dan harga yang berbeda. Semua peralatan material handling diklasifikasikan ke dalam tiga tipe utama, yaitu conveyor (ban berjalan),  crane (derek),  dan truck ( alat angkut/kereta).

1) Conveyor (Ban Berjalan)

       Conveyor adalah salah satu jenis alat angkut yang berfungsi untuk mengangkut material ataupun produk dengan jalur yang tetap dalam perusahaan. Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinu dengan jalur yang tetap.

Gambar 1.3 Belt conveyor

     

  a) Prinsip Kerja Conveyor

      prinsip kerja belt conveyor adalah mentransfor material yang ada di atas belt, dimana umpan setelah sampai di head material ditumpahkan akibat belt berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive/head pulley dengan menggunakan motor penggerak. Head pulley menarik belt dengan prinsip adanya gesekan antara permukaan drum dengan belt, sehingga kapasitasnya tergantung gaya gesek tersebut.

   b) Rolling Conveyor

Gambar 1.4 Roll Conveyor

     Roll conveyor terbuat dari roll-roll yang diberi tumpuan berupa bantalan atau bearing sehingga apabila ada lintasan barang yang lewat di atasnya, roll conveyor ikut berputar. Lintasan geraknya tersusun dari tabung-tabung yang tegak lurus terhadap arah geraknya. Peralatan angkut ini digunakan pada industri industri makanan, otomotif elektronik, tekstil, sparepart, dan lain-lain. Sering juga digunakan di industri selain belt conveyor. Lintasan geraknya tersusun dari tabung-tabung yang tegak lurus terhadap arah geraknya.

  c) Chain Conveyor (Konveyor Rantai)

      Penggerak utama chain conveyor adalah rantai yang jumlahnya satu atau lebih dan dioperasikan secara paralel. Prinsip kerja hampir sama dengan belt conveyor, rantainya tidak terputus dan bergerak kontinu, digunakan untuk mengangkat/membawa material yang membutuhkan penanganan material pada ruangan tertutup (industri makanan otomotif, elektronik tekstil dan lain-lain)

    chain conveyor dapat dibagi atas beberapa jenis conveyor, yaitu:

1) Scraper Conveyor

    Scraper conveyor merupakan conveyor yang sederhana dan paling murah di antara jenis-jenis konveyor lainnya. Konveyor jenis ini dapat digunakan dengan kemiringan yang besar titik kontur jenis ini digunakan untuk mengangkut material material ringan yang tidak mudah rusak seperti abu kayu dan kepingan.

2) Apron Conveyor

Gambar 1.5 Apron Conveyor

    Apron conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban yang lebih berat dengan jarak pendek titik Apron conveyor yang sederhana terdiri dari 2 rantai yang dibuat dari mata rantai yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan a. Palang kayu dipasang pada alat tambahan a di antara rantai dengan seluruh tumpuan dari tarikan konveyor. Untuk bahan yang berat dan pengangkutan yang lama dapat ditambahkan roda atau roller pada alat tambahan a. Selain digunakan roller palang kayu Dapat juga digantikan dengan plat baja untuk mengangkut bahan yang berat. 

Karakteristik dan performance dari Apron conveyor:

(a) Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25 derajat.

(b) Kapasitas pengangkutan hingga 1000 ton per jam

(c) Kecepatan maksimum 100 feet per meter

(d) Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak, maupun yang besar.

(e) Perawatan murah.

Kelemahan-kelemahan Apron Conveyor:

(a) Kecepatan yang relatif rendah

(b) Kapasitas pengangkutan yang kecil

(c) Hanya satu arah gerakan


(3) Bucket Conveyor

Gambar 1.6 Bucket Conveyor

     Bucket Conveyor sebenarnya merupakan bentuk yang menyerupai conveyor Apron yang dalam.


(4) Bucket Elevator

     Belt,Scraper, maupun Apron conveyor mengangkut material dengan kemiringan yang terbatas. Jarang beroperasi pada sudut yang lebih besar dari 15 derajat-20 derajat dan jarang melebihi 30 derajat. Sedangkan kadang kala diperlukan pengangkutan material dengan kemiringan yang curam. Untuk itu dapat digunakan bucket elevator. Secara umum bucket elevator terdiri dari timba-timba (bucket) yang dibawa oleh rantai atau serbuk yang bergerak. Timba-timba(bucket) yang digunakan memiliki beberapa bentuk sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bentuk-bentuk dari timba(bucket) dapat dibagi atas:

(a) Minneapolis type

     bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia dan dipergunakan untuk mengangkut butiran dan material kering yang sudah lumat.

Gambar 1.7 Minneapolis type


(b) Buckets for wet or sticky materials

     Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung lengket.

Gambar 1.8 Bucket for wet or sticky materials


(c) Stamped steel bucket for crusher rock

     Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan-bongkahan besar dan material yang berat.

Gambar 1.9 Stamped steel bucket for crusher rock


     Keempat jenis elevator tersebut pada dasarnya menggunakan rantai sebagai alat bantu untuk menggerakkan material. Dalam melakukan pemindahan material menggunakan konveyor terdapat beberapa keuntungan dan kekurangan, yaitu

    Jenis conveyor yang paling tepat untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur adalah konveyor sekrup (screw conveyor). Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang terpilin mengelilingi suatu sumbu, sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight

Gambar 1.10 Screen Conveyor



2) Crane (Derek)

    Crane adalah salah satu diantara alat berat (heavy equipment) yang dipakai sebagai alat pengangkat dalam proyek konstruksi. Crane bekerja dengan mengangkat material yang akan dipindahkan, memindahkan dengan cara horizontal, lalu menurunkan material di tempat yang dikehendaki. Alat ini memiliki bentuk dan kekuatan angkat yang besar , dapat berputar sampai 360 derajat,  serta jangkauan sampai beberapa puluh meter. Crane pada umumnya dipakai dalam pekerjaan proyek pelabuhan, perbengkelan, industri, pergudangan, dan lain-lain

Beberapa tipe crane yang umum dipakai, antara lain:

a) Crane Crawler

Gambar 1.11 Crane Crawler

    Crane crawler merupakan pesawat pengangkat material yang biasa digunakan pada lokasi proyek pembangunan dengan jangkauan yang tidak terlalu panjang. Tipe ini mempunyai bagian atas yang dapat bergerak 360°. Dengan roda crawler, maka crane tipe ini dapat bergerak di dalam lokasi proyek saat melakukan pekerjaannya. Pada saat crane akan digunakan di proyek lain, maka crane akan diangkut dengan menggunakan lowbed trailer. Pengangkutan ini dilakukan dengan membongkar boom menjadi beberapa bagian untuk mempermudah pelaksanaan pengangkutan.

b) Mobile Crane (Truck Crane)

Gambar 1.12 Mobile Crane

    Mobile crane (truck crane) adalah crane yang dapat langsung pada mobil (truck), sehingga dapat dengan mudah dibawa langsung pada lokasi kerja tanpa harus menggunakan kendaraan (trailer). Crane ini memiliki kaki (pondasi/ tiang) yang dapat dipasangkan ketika beroperasi untuk menjaga crane tetap seimbang. Truck crane ini dapat berputar 360 derajat.

c) Crane untuk Lokasi Terbatas

    Crane tipe ini diletakkan di atas dua buah as tempat kedua as ban bergerak secara simultan. Dengan kelebihan tersebut, maka jenis ini dapat bergerak dengan leluasa. Alat penggerak crane jenis ini adalah roda sangat besar yang dapat meningkatkan kemampuan alat dalam bergerak di lapangan dan dapat bergerak di jalan raya dengan kecepatan maksimum 30 mph. Letak ruang operator crane biasanya pada bagian-bagian deck yang dapat berputar.

d) Tower Crane

Gambar 1.13 Tower Crane

    tower crane merupakan alat yang digunakan untuk mengangkat material secara vertikal dan horizontal ke suatu tempat yang tinggi pada ruang gerak yang terbatas. Tipe crane ini dibagi berdasarkan cara crane tersebut berdiri, yaitu crane yang dapat berdiri bebas (free standing crane), crane di atas rel (rail mounted crane), crane yang ditambahkan pada bangunan (tied-in tower crane) dan crane panjat (climbing crane).

e) Hidraulik Crane

Gambar 1.14 Hidraulik Crane


    Biasanya semuanya tipe crane menggunakan sistem hidraulik (minyak) serta pheneumatic (hawa) agar bisa bekerja. Tetapi dengan cara spesial hidrolik crane, yaitu crane yang umum dipakai pada perbengkelan serta pergudangan dan lain-lain yang memiliki susunan simpel.  Crane ini umumnya ditempatkan di suatu titik dan untuk tidak dipindah-pindah serta dengan jangkauan tidaklah terlalu panjang dan putaran yang cuma 180°. Hingga umumnya di suatu perbengkelan atau pergudangan ada lebih dari satu crane.

f) Hoist Crane

Gambar 1.15 Hoist Crane

    Hoist Crane adalah salah satu dari jenis pesawat angkat yang banyak dipakai sebagai alat pengangkat dan pengangkut pada daerah-daerah industri pabrik, maupun bengkel. Pesawat angkat ini dilengkapi dengan roda dan lintasan rel supaya dapat bergerak maju dan mundur sebagai penunjang proses kerjanya. Crane Hoist digunakan dalam pengangkatan muatan dengan berat ringan hingga muatan dengan berat medium. Crane hoist biasa digunakan untuk pengangkatan dan pengangkutan muatan di dalam ruangan. Letak crane hoist berada di atas, dekat dengan atap ruangan.

g) Jip Crane

Gambar 1.16 Jip Crane


  Jip crane merupakan pesawat pengangkat yang terdiri dari berbagai ukuran. Jip Crane yang kecil biasanya digunakan pada perbengkelan dan pergudangan untuk memindahkan barang-barang yang relatif berat. Jip crane memiliki sistem kerja dan mesin yang mirip seperti Hoist Crane dan struktur yang mirip hidraulik crane.


3) Trucks (Alat Angkut/Kereta)

a) Cargo Lift

Gambar 1.17 Cargo Lift

       Cargo lift merupakan alat angkut yang prinsipnya hampir sama dengan dan waiter, tetapi berkapasitas lebih besar. Biasa digunakan di pabrik-pabrik mobil atau motor, dan gudang. Untuk memindahkan banyak barang, apalagi yang beratnya naik atau turun melalui tangga, selain melahirkan juga beresiko jatuh dan rusak. Oleh karena itu dapat menggunakan alat bantu, yaitu lift barang atau cargo lift. Cara kerja lift barang ini mirip dengan lift di mall. Mudah pemakaiannya dan kuat. Cocok digunakan di ruko  ( 3 lantai ke atas), pabrik atau gudang.

b) Dumb Waiter

Gambar 1.18 Dumb Waiter

      Dumb waiter merupakan alat angkut barang praktis, biasa digunakan untuk mengangkat barang berukuran kecil dan sering ditemukan di hotel, restoran dan rumah sakit. Kemudahan dari penggunaan dumb waiter merupakan daya tarik yang tersendiri karena praktis, dimana si pembawa barang tidak perlu ikut turun atau naik membawa barang tersebut sehingga praktis. Dan waiter yang baik tentu akan menunjang kelancaran aktivitas dalam bekerja.

c) Hand Trolley

 Gambar 1.19 Hand Trolley

   Hand Trolley berfungsi sebagai alat angkut untuk memindahkan bahan yang digerakkan dengan cara manual. Hand trolley mempunyai kapasitas beban 150 kg dan memiliki dimensi platform 740 mm X 480 mm tinggi 40 mm 140 + 720 mm.


d) Hand Pallet

Gambar 1.20 Hand Pallet

    Hand pallet berfungsi sebagai alat angkut untuk memindahkan bahan yang digerakkan dengan cara manual dan elektrik. Hand pallet memiliki kapasitas beban 1 ton.


e) Hand Stacker

Gambar 1.21 Hand Stacker

Hand Stacker berfungsi sebagai alat angkut untuk memindahkan bahan yang digerakkan dengan cara manual dan elektrik. Hand stacker manual mempunyai kapasitas beban 1 ton dengan daya angkat hingga 1,4 meter.


f) Dump Truck

Gambar 1.22 Dump Truck
      Dump Truck ini merupakan truk tanpa pintu belakang. Solusi kemudahan kecepatan mobilisasi barang tambang yang menggunakan ritase, cepat bongkar muat barang.


g) Forklift

Gambar 1.23 Forklift
      Forklift merupakan kendaraan yang difungsikan sebagai alat angkut dalam pemindahan barang berkapasitas besar, baik indoor maupun outdoor, termasuk dalam kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan, pabrik gudang, ekspedisi, supermarket, dan lain-lain. Dioperasikan secara elektrik untuk dapat menaik turunkan beban serta bermanuver dengan jarak yang cukup jauh. Kapasitas forklift biasanya secara umum berkisar antara 1 ton sampai dengan 10 ton dengan daya angkat masing-masing unitnya mampu menjangkau hingga ketinggian 3 meter hingga 6 meter. Terdapat beberapa jenis forklift di diantaranya:
(1) Reach truck
(2) Forklift electric
(3) Forklift diesel
(4) Forklift LPG/gasoline
(5) Tangga elektrik

2. Tujuan Material Handling

    Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi.  Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasilitas yang diimplementasikan beberapa tujuan dari sistem material penting antara lain:

a. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material.

b. Meningkatkan keamanan dan mengembangkan kondisi kerja.

c. Meningkatkan produktivitas:

    1) Material akan mengalir pada garis lurus.

    2) Material akan berpindah dengan jarak sedekat mungkin.

    3) perpindahan sejumlah material pada satu kali waktu.

    4) Mekanisme penanganan material.

    5) Automasi penanganan material.

    6) Menjaga atau mengembangkan rasio antara produksi dengan penanganan material.

    7) Meningkatkan muatan/beban dengan penggunaan peralatan Material handling otomatis.

d. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas:

    1) Meningkatkan penggunaan bangunan.

    2) Pengadaan bangunan serbaguna.

    3) standardisasi peralatan Material handling.

    4) Menjaga dan menempatkan seluruh peralatan sesuai kebutuhan dan mengembangkan program pemeliharaan inventif.

    5) Integrasi seluruh peralatan Material handling dalam suatu sistem.

e. Sebagai pengawasan persediaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian material (Material handling), antara lain:

    1) Produksi, bentuk dan ukuran, jumlah unit rata-rata yang harus dipindahkan, daya tahan terhadap getaran dan benturan, bentuk dari bahan baku, dan barang setengah jadi yang harus dipindahkan.

    2) Pabrik, lokasi pintu, lokasi tangga, daya tahan lantai, letak ruangan, dan jalur yang tersedia.

    3) proses produksi, urutan, Arah pemindahan material, dan perlengkapan produksi.

    4) Peralatan Material handling.



3. Manfaat pengendalian material (Material handling)

   Manfaat yang diperoleh dari Material handling, yaitu:

a. Penghematan biaya produksi, penurunan biaya persediaan, penggunaan ruangan lebih efisien serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

b. Pengurangan sisa afval, yaitu produk-produk yang tidak sesuai standar.

c. Menaikkan luas produksi.

d. Peningkatan kondisi kerja karyawan.

e. Distribusi material akan berjalan lebih baik.


INFO

Jenis Transmisi Forklift

1. Matic

    Menggunakan tenaga baterai atau accu karena ramah lingkungan. Pada umumnya matic lebih mudah daripada manual hanya yang membedakan tuas handle-nya. Tuas handle untuk matic ada 4, yaitu:

a. Naik-turun

b. Maju-mundur

c. Cungkil

d. Geser kanan-kiri

      Untuk forklift matic biasanya digunakan pada perusahaan yang bebas polusi/asap seperti garmen produk makanan, dan lain-lain. Begitu juga dengan roda, ada 4 buah roda mati atau tidak hampa udara. Untuk pengoperasian forklift matic gampang sekali pedal bawah sebagai rem dan kopling apabila diinjak berarti kopling dipegang apabila dilepas berarti rem akan berfungsi. Kalau untuk menjalankannya hanya untuk memajukan handle lalu jalan maju atau mundur dan tidak ada gigi.

2. Manual

       Forklift manual menggunakan bahan bakar solar. Sebenarnya banyak sekali kapasitas dari forklift. Ada kapasitas 3 ton, 5 ton, bahkan 8 ton lebih. Pada pedal bagian bawah ada gas, kopling dan rem ( seperti mobil). Forklift manual biasanya digunakan di tempat outdoor karena menghasilkan polusi yang cukup banyak dari knalpot. Cara menjalankan nya agak sulit karena tidak seperti menjalankan mobil pada umumnya. Roda forklift dapat berbelok pada bagian belakang. Untuk handle paling kanan ada gigi maju dan mundur, sebelahnya ada perseneleng gambar kura-kura artinya gigi 1. Gambar kijang artinya gigi 2. Lalu untuk handle kiri dari kemudi ada naik turun, dan cungkil. Yang membedakan forklift manual dengan matic adalah tidak ada tuas maju, mundur, dan gesernya sehingga lebih sulit dari matic.

Sumber : https://www.indotara.co.id/




B. PROSEDUR PENANGANAN DAN PENYIMPANAN MATERIAL

     Untuk memudahkan dalam pemilahan material diperlukan prosedur penanganan dan penyimpanan material.

1. Prosedur Penanganan Material

    Kegiatan penanganan material merupakan kegiatan yang sangat penting dan tidak dapat terpisah dalam kegiatan/proses produksi. Agar kegiatan penanganan material dapat berjalan dengan baik dan efektif maka perlu pelaksanaan yang dikoordinasikan secara baik. Dalam hal ini semua aspek dan metode penanganan material dikoordinasi dan diselidiki atau dipelajari mulai dari perencanaan produk (product designs) sampai pada barang tersebut siap untuk dikirim ke pasar atau ke konsumen. Penanganan material yang kurang baik dapat langsung menyebabkan rusaknya bahan-bahan dalam proses, menimbulkan ketidakpuasan dari konsumen, kemacetan dalam produksi, dan kerugian dalam waktu kerja dari para pekerja/buruh. Penanganan material yang baik dan efisien suatu sistem akan memberikan keuntungan atau sumbangan kepada pabrik secara efektif dengan jalan atau cara sebagai berikut:

a. Biaya hand link menjadi lebih murah dan mudah. Sudah jelas bahwa perbaikan dalam metode penanganan material akan mengurangi biaya-biaya karena:

1) Barang-barang atau bahan-bahan dapat bergerak lebih cepat.

2) Tenaga kerja yang digunakan lebih hemat atau lebih sedikit.

b. Hasil yang dapat ditampung oleh pabrik lebih banyak. Dengan menggunakan ruang lebih efektif terutama overhead space seperti penggunaan ban berjalan, maka akan lebih banyak barang-barang yang dapat diproduksi atau peningkatan daripada kapasitas bangunan. 

c. Berkurangnya waktu yang produktif. Bila barang-barang/bahan-bahan bergerak atau mengalir dengan lancar, maka waktu menganggurnya mesin-mesin dan tenaga kerja dapat dihindarkan atau dikurangi.

d. Mempertinggi keselamatan para pekerja dan mencegah kerusakan dari barang-barang yang dihasilkan.

e. Penggunaan alat-alat handling seperti ban berjalan atau kereta dorong dapat menaikkan semangat para pekerja dan mengurangi kelelahan.

f. Memperbaiki hubungan kerja (labor relation) karena dengan digunakannya mesin alat-alat handling akan memberikan kesenangan kepada para pekerja dan ini merupakan aspek psikologis.

g. Mengurangi biaya per unit produk yang dapat disebabkan oleh salah satu atau kombinasi dari ke-6 cara diatas.


       Adapun ciri-ciri dari penanganan material yang kurang baik atau jelek dan tidak efisien sebagai berikut:

a. Bahan atau barang-barang dibongkar dan dipindahkan dengan tangan.

b. Adanya barang-barang atau bahan-bahan yang diletakkan di halaman atau pada tempat penerimaan yang menunggu untuk disalurkan.

c. Banyak orang yang berkerumun menunggu untuk melakukan suatu handling yang besar.

d. Lebih banyak barang atau bahan-bahan yang dikirimkan daripada yang datang atau diterima.

e. Pemindahan bahan dilakukan oleh orang atau tenaga yang ahli dan peralatan yang kurang lengkap.

f. Adanya barang atau bahan-bahan yang sering rusak pada waktu bongkar atau muat atau permindahan.

g. Adanya kekacauan bagian produksi karena banyaknya barang-barang yang tertimbun untuk menunggu diangkut atau dipindahkan.

h. Adanya kantong-kantong pembungkus dan kotak barang yang jelek.

i. Orang-orang yang harus mengerjakan penanganan material menunggu lift untuk mengangkut barang-barang.

j. Banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk memindahkan atau mengangkut sampah atau sisa-sisa bahan yang tidak dipakai lagi.

k. Bahan-bahan, kotak barang dan barang-barang diletakkan bertumpuk di gang tempat jalan.

l. Tidak ada batas sampai setinggi mana barang-barang boleh ditimbang.

m. Gang-gang terlalu sempit untuk memungkinkan peralatan handling dapat bergerak dengan bebas.

n. Truk-truk dan peralatan handling yang lain menunggu terlalu lama untuk memuat dan membongkar barang yang dipindahkan.


2. Prosedur Penyimpanan Material

     Berikut prosedur penyimpanan material.

a. Persiapan Penyimpanan Material

1) Tahap Persiapan

      Ada beberapa hal penting yang harus dilakukan pada saat tahap persiapan penyimpanan material antara lain:

a) Memastikan bahwa semua identitas material telah tertulis pada label kotak material. Beberapa informasi penting yang harus dicantumkan pada label, antara lain:

(1) Nama material

(2) Part number

(3) Serial number

(4) Spesifikasi

(5) Jumlah

(6) Status

(7) Shelf life

b) Sebelum material disimpan di gudang atau area penyimpanan, identitas material tersebut harus dimasukkan pada database komputer.

c) Pastikan bawahannya material dengan kualitas bagus saja yang disimpan pada gudang untuk proses produksi.

d) Melaporkan jika ditemukan kondisi tidak normal baik pada material ataupun lokasi penyimpanan.

e) Memeriksa shelf-life dari material.

f) Menyimpan material B3 pada area khusus yang ditentukan.

g) Menyimpan atau memberi identitas khusus pada material yang diindikasikan tidak normal tetapi lulus dari pemeriksaan kualitas kedatangan material.


2) Klasifikasi Gudang

     Pembagian udang didasarkan pada kebutuhan dan kemampuan perusahaan titik berikut ini adalah contoh pemisahan gudang berdasarkan statusnya:

a) Gudang untuk material berkualitas baik.

b) Gudang untuk material berkualitas buruk.

3) Kontrol Gudang Penyimpanan

      Gudang penyimpanan adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas material. Berikut ini ada beberapa item pemeriksaan yang perlu dilakukan dalam melaksanakan kontrol pada gudang penyimpanan:

a) Memeriksa dan melaporkan keadaan gudang sebelum digunakan.

b) Memeriksa dan mengatur tata letak penyimpanan material di gudang.

c) Memeriksa dan memastikan bahwa perangkat kontrol gudang penyimpanan selalu dalam kondisi baik.

d) Memeriksa kondisi gudang dan penyimpanan dikontrol agar tidak mengurangi kualitas material yang disimpan.

e) Untuk menjaga kondisi gudang berikut material yang tersimpan di dalamnya selalu dalam kondisi yang baik, maka dapat menerapkan metode 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin).


b. Penyimpanan Material

1) Kontrol penyimpanan di gudang penyimpanan

a) Memisahkan material berdasarkan status hasil pemeriksaan kualitas. Status dapat berupa lulus atau tidak lulus kualitas.

b) Setelah ditentukan lokasi penyimpanan berdasarkan status, dilanjutkan dengan memperhatikan karakter khusus material yang bersangkutan.

c) Setelah penyimpanan berdasarkan karakter adalah penyimpangan berdasarkan part number.

d) Langkah terakhir adalah penyimpanan berdasarkan urutan serial number.

2) Identifikasi Lokasi Penyimpanan

      Berikut ini adalah contoh identifikasi lokasi penyimpanan dengan menggunakan 6 angka digital (contoh: 102304).

a) Angka pertama menunjukkan lokasi gudang.

1= gudang konduktor.

2= gudang isolator.

3= gudang B3.

4= gudang reject material

b) Angka ke-2 dan ke-3 menunjukkan lokasi BIN/rak. Perhitungan BIN dimulai dari rak kanan menuju ke kiri.

c) Angka keempat menunjukkan tingkatan BIN. Perhitungan tingkat dimulai dari atas ke bawah.

d) Angka kelima dan keenam menunjukkan urutan penyekatan. Perhitungan sekat dimulai dari kanan ke kiri.

3) Kontrol Kualitas dan Kualitas Material

     Ada 2 cara untuk menjaga kualitas penyimpanan material, yaitu melalui kontrol usia dan kontrol penumpukan material. Sementara untuk kontrol kuantitas dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan silang (cross check) antara data yang tertulis dengan kondisi aktual di gudang. Ada tiga jenis pemeriksaan kuantitas yang biasa dilakukan:

a) Pemeriksaan saat material akan digunakan.

b) Pemeriksaan setiap bulan.

c) pemeriksaan setiap semester (per 6 bulan).

4) Tahapan untuk Melakukan Kontrol Kualitas bagi Material Lama

a) Melakukan identifikasi terhadap material yang sudah tersimpan untuk waktu lama.

b) Melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap material-material lama yang sudah teridentifikasi tersebut.

c) Jika suatu waktu material yang tersimpan lama tersebut tampak dalam kondisi yang tidak sesuai maka harus dilaporkan ke departemen quality control.

d) Hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan oleh departemen quality control akan ditindaklanjuti oleh departemen logistik.

5) Kontrol untuk Shelf life Material

      Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan ketika salat material akan berakhir: 

a) Memberikan informasi kondisi material sekitar 3 sampai 6 bulan kepada departemen produksi sebelum shelf-life berakhir.

b) Memberikan label peringatan yang ditempelkan pada box material.


6) Kontrol untuk Stock Aging Material

      Material Stock Aging adalah material yang disimpan dan belum digunakan dalam faktor tertentu. Proses perawatan yang dilakukan oleh operator logistik lebih bersifat perawatan fisik. Sementara, untuk pemeriksaan fungsi dan karakter dilakukan oleh unit incoming quality control.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar